Senin, 18 Februari 2019


Dongeng Jaka Tarub dan 7 Bidadari yang Melegenda

Dongeng Jaka Tarub dan 7 Bidadari yang Melegenda

Mar 17, 2017
Menyingung soal dongeng, khusus di bulan Maret ini mengingatkan kita dengan Hari Dongeng Sedunia yang jatuh pada tanggal 20 Maret mendatang.
Peringatan Hari Dongeng Sedunia sendiri dimulai pada tahun 1991-1992 oleh para pendongeng di Swedia dengan nama All Storytellers Day. Kemudian pada tahun 1997 diadakan Celebration of Storyselama lima minggu untuk memperingati tanggal 20 Maret sebagai Hari Dongeng Sedunia.
Di Indonesia sendiri banyak sekali cerita dongeng yang sangat melegenda dan masih diingat hingga saat ini. Salah satunya adalah cerita dongeng Jaka Tarub dan 7 Bidadari yang cukup melegenda di kalangan anak-anak kelahiran tahun 90-an. Dan dongeng Jaka Tarub ini masih sering diceritakan para guru di sekolah taman kanak-kanak. Lalu....
Dongeng Jaka Tarub dan 7 Bidadari berkisah tentang seorang janda bernama Mbok Randha Tarub. Sejak suaminya meninggal dunia, Mbok Randha mengangkat seorang bocah laki-laki sebagai anaknya yang diberi nama Jaka Tarub.
Beranjak dewasa Jaka Tarub yang bocah tumbuh menjadi pria yang tampan dengan tingkah lakunya yang sopan santun. Berkat ketampanan dan sikapnya yang baik, banyak gadis-gadis di desanya yang jatuh hati dan ingin menjadi istrinya. Namun, Jaka Tarub menolak mereka karena ia belum ingin menikah dan masih ingin berbakti pada wanita yang telah membesarkannya, yakni Mbok Randha yang telah ia anggap seperti ibu kandungnya sendiri.
Jaka Tarub bekerja keras di sawah dan ladang milik Mbok Randha hingga mereka memiliki banyak hasil sawah dan ladang yang sangat melimpah. Karena Mbok Randha memiliki hati yang pemurah dan penolong, ia tidak menikmati hasil ladangnya sendiri tetapi dibagikan ke tentangganya juga. Suatu hari, Mbok Randha meminta Jaka Tarub untuk segera menikah namun Jaka Tarub masih menolak permintaan ibunya itu. Sampai akhirnya Mbok Randha menghebuskan nafas terakhir dan meninggal dunia, meninggaklkan Jaka Tarub sendiri di rumahnya yang telah mereka huni selama bertahun-tahun.
Setelah kepergian Mbok Randha, Jaka Tarub sering melamun dan tidak berangkat untuk bekerja di sawah dan ladang, hingga semuanya terbengkalai tak terurus. Sampai suatu malam, Jaka Tarub bermimpi menyantap daging rusa yang nikmat, lalu pagi harinya Jaka pun berangkat ke hutan untuk berburu rusa dengan membawa sumpit miliknya.
Namun sayang, sudah jauh berjalan ke dalam hutan, jangankan rusa kancil pun tak ia lihat di dalam hutan yang jarang sekali di masuki oleh manusia itu. Ia kemudian duduk di bawah pohon dekat sebuah telaga untuk melepas lelah ditemani angin sepoi-sepoi, yang akhirnya membuatnya tertidur.
Ketika sedang tertidur, Jaka Tarub mendengar suara tawa banyak wanita di sebuah telaga yang tak jauh dari tempatnya beristirahat. Dan setelah mengitip ke telaga tersebut, betapa terkejutnya ia, ternyata tawa yang didengarnya berasal dari 7 wanita cantik yang sedang mandi di telaga tersebut. Tak jauh dari telaga, ter­geletak selendang mereka. Tanpa pikir panjang, diambilnya satu selendang, ke­mu­di­­an disembunyikannya. Selanjutnya....
Tak lama setelah Jaka Tarub mengambil salah satu selendang milik 7 Bidadari itu. Kakak tertua dari 7 bidadari tersebut mengajak adik-adiknya untuk keluar dari telaga dan segera kembali ke kahyangan. Namun, ternyata selendang milik salah satu bidadari itu hilang, tidak ditemukan. Bidadari itu bernama Nawang Wulan. Setelah dibantu mencari oleh ke enam kakaknya, tidak juga ketemu. Dan hari pun sudah mulai gelap. Akhirnya kakak-kakak Nawang Wulan memutuskan untuk meninggalkan adiknya itu di bumi sendirian.
Dalam keadaan sedih dan menangis, Jaka Tarub mengampiri Nawang Wulan dan menolongnya lalu diajaklah Nawang Wulan pulang ke rumahnya. Tidak butuh waktu lama, Jaka Tarub pun akhirnya menikahi Nawang Wulan, mereka hidup bahagia bersama hingga hadirnya seorang bayi cantik yang mereka berinama Nawangsih.
Pada suatu hari, Nawang wulan pergi ke kali, untuk mandi dan mencuci. Nawang berpesan kepada Jaka Tarub, untuk menunggu rumah, serta dapur, karena ia sedang memasak nasi. Selama berada di kali, Nawang Wulan meminta agar suaminya, Jaka Tarub, jangan membuka tutup kukusan nasi yang sedang ia masak.
Namun karena penasaran, Jaka Tarub pun tidak mematuhi peringatan dari sang istri, yang akhirnya ia membuka tutup kukusan nasi tersebut. Ketika membuakanya, Jaka Tarub hanya menemukan setangkai padi yang ada di dalamnya. Pantas lumbung padi miliknya tak pernah habis, karena istrinya bisa memasak nasi menjadi banyak hanya dengan setangkai padi. Lalu setelah sampai di rumah, Nawang Wulan melihat kukusannya dan ternyata nasi yang ia masak masih menjadi setangkai padi, Nawang Wulan pun mengetahui jika diam-diam Jaka Tarub telah melihat dan membuka kukusan nasi miliknya itu.
Setelah kejadian tersebut, kekuatan Nawang Wulan menjadikan setangkai padi menjadi nasi pun hilang. Sampai akhirnya Nawang Wulan harus benar-benar menjalani hidup seperti manusia bumi, memasak nasi seperti wanita kebanyakan di desanya. Ia harus menumbuk dan menampi padi tersebut lebih dulu barulah bisa ia masak dan menjadi nasi. Semakin lama, lumbung padinya semakin berkurang dan habis.
Pada saat itulah diam-diam Nawang Wulan menemukan selendang miliknya yang disembunyikan Jaka Tarub, terselip ditumpukan padi yang sedang ia tumbuk. Akhirnya....
Setelah mengambilnya ia langsung memakai dan berlari menemui suaminya. Dan menanyakan tentang selendang yang ternyata disembunyika oleh suaminya sendiri.
Nawang Wulan pun akhirnya memutuskan untuk kembali ke kekhayangan. Namun ia memberikan syarat pada suaminya, untuk dibuatkan sebuah dangau di sekitar rumahnya. Karena setiap malam Nawang Wulan akan turun ke bumi untuk menyusui anaknya, Nawangsih, tapi Nawang Wulan melarang Jaka Tarub untuk mendekat saat istri dan anaknya itu sedang bermain-main. Hingga Nawangsih tertidur, barulah Nawang Wulan kembali ke khayangan.
Peristiwa itu terjadi terus menerus hingga Nawangsih beranjak dewasa. Jaka Tarub dan Nawangsih selalu merasa jika Nawang Wulan terus menjaga mereka. Karena di saat keduanya mengalami kesulitan, secara tiba-tiba bantuan pun datang kepada mereka. Konon bantuan tersebut merupakan bantuan yang diberikan Nawang Wulan kepada Nawangsih dan Jaka Tarub.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar