Rabu, 27 Februari 2019

Putri Tandampalik

Putri Tandampalik

Cerita Rakyat Sulawesi Selatan - Putri Tandampalik

Ini berkaitan dengan kerajaan Bone. Salah satu cerita rakyat Indonesia yang cukup terkenal dari Sulawesi Selatan. Cerita rakyat ini mengisahkan tentang seorang putri yang sakit akibat menolak pinangan dari Raja Bone. Untuk lebih lengkapnya marilah kita simak cerita rakyat dari Sulawesi Selatan atau Cerita Rakyat dari Bone yang berjudul Putri Tandampalik.

Datu Luwu adalah seorang kepala kampung di pedalaman Sulawesi Selatan. Pada saat itu datu Luwu tampak kebingungan sebab menerima utusan dari Raja Bone yang menyampaikan pinangan untuk Putri Tandampalik. Menurut adat Luwu, seorang putri dari Luwu tidak diperbolehkan menikah dengan lelaki dari luar sukunya. Namun jika pinangan itu ditolak akan terjadi peperangan. Akibatnya, rakyatlah yang mendrita. Oleh karena itu, Datu Luwu menerima pinangan tersebut.

Sepeninggal utusan Raja Bone, Putri Tannndampalik jatuh sakit. Seluruh tabib di pelosok negeri Luwu didatangkan untuk mengobati penyakit Putri Tandampalik. Namun, tak seorang tabib pun sanggup mengobatinya. Sakit sang putri bahkan semakin hari semakin parah. Seluruh tubuh Putri Tandampalik berair dan berbau amis. Khawatir penyakit ini akan menular ke seluruh penjuru kerajaan, dengan sedih, Raja Bone memutuskan untuk membuang Putri Tandampalik menggunakan rakit dengan diiringi pengawal setianya.

Datu Luwu merasa sedih namun terpaksa harus melepas putrinya. Dengan bercucuran airmata Datu Luwu berpisah dengan Putri Tandampalik. Setelah berpamitan dengan ayahnya, putri Tandampalik berlayar bersama rombongan pengawalnya meninggalkan kerajaan Bone. Mereka tidak memiliki tujuan sampai kemudian bertemu daerah yang landai. Mereka memutuskan untuk berlabuh di daeah itu dan mendirikan rumah. Daerah itu sangat subur dan bagus untuk bercocok tanam. Mulailah kehidupan mereka yang sederhana di daerah itu.

Suatu hari ketika Putri Tandampalik sedang sendiri di halaman rumahnya, tiba-tiba seekor kerbau bulai menghampirinya. Putri Tandampalik menghalaunya. Namun, kerbau itu malah menerjang Putri Tandampalik hingga jatuh pingsan. Kerbau itu menjilati tubuh putri Tadampalik yang membusuk karena penyakit.

Kejadian itu berulang-ulang sampai kemudian penyakit yang diderita putri Tadampalik sembuh. Putri Tandampalik dan semua pengikutnya sangat bersyukur karena Tuhan yang Mahakuasa telah mengirimkan kerbau bulai untuk menyebuhkan penyakit itu.

Ketika pesta berburu tiba, Putra Mahkota kerajaan Bone mengadakan perburuan ke hutan diikuti banyak pengikut. Tiba-tiba Putra Mahkota kerajaan Bone tergoda oleh seekor rusa. Dia mengejar rusa itu sampai ke dalam hutan dan terpisah dari pengikutnya, tetapi rusa itu menghilang. Dalam kegelapan malam, Putra Mahkota kerajaan Bone melihat perkampungan dan dia segera menuju ke sana.

Ketika dia tiba di perkampungan itu, semua penduduk sudah tertidur lelap. Dia lalu menuju rumah yang paling besar. Putra Mahkota Bone terpesona melihat seorang putri cantik sedang tertidur lelap. Dia menyentuh bahu Putri Tandampalik. Putri Tandampalik terbangun dan terkejut melihat Putra Mahkota Bone. Pertemuan itu membuat keduanya saling terpesona.

Sebelum kembali ke kerajaan, Putra Mahkota Bone menyampaikan pinangannya kepada Putri Tandampalik. Namun, putri Tandampalik belum berani menerimanya. Sepanjang perjalanan pulang. Putra Mahkota Bone sangat murung, bahkan ketika sampai di kerajaan, dia jatuh sakit. Dari seorang pengawal, akhirnya diketahui bahwa Putra Mahkota Bone telah jatuh cinta kepada Putri Tandampalik. Raja Bone segera mengirim beberapa utusan untuk meminang Putri Tandampalik. Karena belum berani menerima pinangan itu sebelum bertemu Datu Luwu, Putri Tandampalik memberikan pusaka sebagai tanda persetujuannya atas pinangan itu. Lalu Putri Tandampalik bersama pengikutnya berangkat ke Kerajaan Luwu menemui ayahandanya.

Datu Luwu sangat terharu melihat putrinya kembali dan sembuh seperti sediakala. Tuhan yang Mahakuasa telah menyembuhkan putrinya. Datu Luwu segera menerima pinangan Putra Mahkota Bone. Pernikahan mereka dirayakan dengan meriah. Semua rakyat menyambut gembira pernikahan ini. Akhirnya Putri Tandampalik hidup bahagia di tengah-tengah kerajaan Bone..

SUMBER GOOGLE 

SI PITUNG

Sejarah Si Pitung Jagoan Betawi : Cerita Rakyat Jakarta
Pada jaman dahulu. Di daerah Jakarta Barat, tepatnya di Rawabelong, tinggalah sepasang suami istri dengan seorang anak laki-laki. Anak laki-laki tersebut bernama si Pitung.
Sejak Pitung kecil, mereka sangat berharap agar anak semata wayangnya itu tumbuh menjadi anak yang baik dan soleh. Oleh karena itu, Pitung di sekolahkan di pesantren milik seorang guru ngaji bernama Haji Naipin.
Jimat si Pitung - Golok si Pitung
Jimat si Pitung - Golok si Pitung
Di pesantren Haji Naipin, Pitung di ajarkan mengaji, membaca, menulis, berhitung, dan bela diri. Pitung sangat pandai. Ia merupakan salah satu murid kesayangan dan kebanggan Haji Naipin. Setelah ilmu yang di pelajarinya cukup, Pitung kembali ke rumah. Kedua orang tuanya menyambut kepulangan Pitung dengan rasa senang. Nyaknya memasakan makanan yang sangat lezat. Pitung memakan hidangan tersebut dengan lahap. Maklum, selama di pesantren ia biasa makan seadanya.
Selama di rumah, Pitung sangat rajin membantu orang tua. Ia mengembala kambing milik babehnya. Setiap pagi ia selalu menggiring kambing-kambing ke daerah perbukitan yang banyak rumput. Kambing-kambing di biarkan makan sampai perutnya kenyang. Setelah matahari terbenam, barulah ia pulang ke rumah.
Kehidupan Pitung sangat sederhana. Babenya tidak memiliki pekerjaan yang tetap. Biasanya ia datang ke ladang orang dan membeli buah-buahan yang masih setengah matang. Harga belinya lebih murah. Lalu, buah itu diperam. Setelah matang, baru dijual ke pasar dengan harga lebih tinggi.
Pada suatu hari, babehnya menyuruh Pitung menjual dua ekor Kambing ke pasar Tanah Abang.
‘’ Pitung, Badan Babeh serasa tidak enak. Lo bantu babeh jualin kambing-kambing ini ke pasar?’’ ujar ayahnya.
‘’ Tentu saja Beh.’’ Jawab Pitung.
‘’ Pastikan harganya jangan terlalu rendah ya.’’ Ujar Babeh si Pitung
sejarah si pitung jagoan betawi
sejarah si pitung jagoan betawi
Pergilah Pitung ke Tanah Abang sambil menggiring dua ekor Kambingnya yang akan di jual. Kambing yang di bawa Pitung, kambing yang sehat dan gemuk-gemuk. Para pembeli tertarik dengan kambing Pitung. Tidak perlu menunggu lama. Kedua kambing itu telah laku terjual. Pitung sangat senang. Uang hasil menjual kambing di masukkan kedalam kantong celananya, ia bergegas pulang pulang. Namun, di tengah jalan ia bertemu dengan segerombolan preman.
‘’ Hei, mau kemana lo?’’ Tanya salah satu dari mereka.
‘’ Mau pulang, Bang?’’ jawab Pitung dengan santai.
‘’ Di mana rumah lo?’’ tanyanya lagi sambil merogoh kantong celana Pitung.
‘’ Di Rawabelong, Bang.’’ Jawab Pitung
‘’ Ya sudah, pulang sana.’’ Ujar preman itu
Pitung segera pulang. Pitung tidak sadar kalau uang di dalam kantongnya hasil menjual Kambing, ternyata sudah di ambil para preman tadi. Ketika Pitung sudah hampir sampai rumah, Pitung merogoh kantongnya bermaksud mengeluarkan uang hasil menjual kambingnya untuk di serahkan kepada babehnya. Namun, uang tersebut tidak ada.
Pitung teringat ketika ia bertemu dengan preman, dan di ajak mengobrol. Salah satu dari preman mengambil uangnya dari dalam celana.
‘’ Ah, bodoh banget sih gue. Sampe gak sadar preman-preman tadi ngajak ngobrol. Ujar Pitung menyesal.
rumah si pitung
rumah si pitung
Pitung lalu kembali ke tempat pertemuannya dengan para preman. Para preman tak mau mengaku telah mengambil uangnya. Mereka terus menerus membantah. Akhirnya, Pitung mengeluarkan jurus bela dirinya. Ilmu yang di dapatnya dari Haji Naipin sangat berguna pada saat seperti ini. Para preman akhirnya menyerah dan mengembalikan uang Pitung. Mereka lalu lari ketakutan.
Pemimpin gerombolan preman yang bernama Rais, sangat kagum dengan kehebatan ilmu bela diri yang di miliki Pitung. Lalu, pemimpin preman mencari tahu tempat tinggal Pitung dan mendatanginya. Rais berniat mengajak Pitung untuk bergabungnya untuk mencopet di pasar. Pitung sangat terkejut dan langsung saja menolak. Ilmu yang ia dapat dari pesantren melakukan perbuatan yang tidak terpuji itu.
Pitung malah memberikan nasihat kepada mereka agar tidak lagi berbuat jahat kepada orang lain. Ia menasehatinya mereka agar membantu orang yang kesusahan. Mereka bingung. Bagaimana cara membantu orang-orang susah. Sedangkan mereka sendiri hidup serta kekurangan.
Pitung mencari cara. Akhirnya, Pitung mendapatkan ide. Ia dan gerombolan preman itu akan mencopet dan merampok orang-orang kaya yang sombong. Hasil rampokkannya akan mereka berikan kepada orang-orang yang membutuhkan.
Semenjak Pitung dan kawan-kawannya mulai beraksi, warga miskin sangat senang dan gembira. Kehidupan mereka berubah menjadi sedikit lebih baik. Meskipun Pitung seorang penyelamat bagi kaum miskin, ia tetap di anggap melakukan perbuatan yang tidak baik.. kompeni Belanda pada waktu itu berkuasa di Jakarta berusaha menangkap Pitung.
Suatu hari ketika beraksi, Pitung berhasil di tangkap. Ia di jebloskan ke dalam penjara. Namun, Pitung berhasil melarikn diri dengan memanjat atap penjara. Ketika kabur dari penjara, di ketahui oleh polisi dan sempat mengejarnya serta menembaknya. Tetapi karena jimat si pitung menjadikan tubuhnya kebal, tubuhnya tidak bisa di tembus oleh peluru.
Pitung lalu melarikan diri dan menjadi buronan polisi. Polisinya mencari kemana-mana. Keluarganya pun menjadi sasaran pencarian Pitung. Begitu juga dengan gurunya, Haji Naipin. Ia bahkan di paksa meberitahukan kelemahan Pitung. Haji Naipin akhirnya memberitahukan kelemahan Pitung yaitu di lempar dengan Telur Busuk. Para Polisi mencari Pitung ke berbagai Wilayah Jakarta. Berdasarkan penyeledikan mereka, Pitung bersembunyi di rumah kekasihnya di Kota Bambu.
Ketika di serang Pitung masih berusaha melawan. Namun, para Polisi sudah tahu kelemahannya. Mereka langsung melempar Pitung dengan Telur Busuk ke tubuh Pitung. Ketika ia mulai tidak berdaya, Polisi langsung menembaknya. Pitung akhirnya tewas.
Sebagian orang terutama orang miskin, Pitung di kenal sebagai Pahlawan. Mereka yang sempat di bantu oleh Pitung mengenang jasa-jasanya. Namun, Pitung tetap di anggap penjahat karena menolong orang dengan perbuatan yang tidak terpuji.
SUMBER GOOGLE 

CINDELARAS

 Cindelaras dari Jawa timur

Pada Zaman Dahulu, Di Sebuah Kerajaan Jenggala. Hiduplah Seorang Raja Yang Bernama Raden Putra. Ia Mempunyai Seorang Permaisuri Yang Sangat Baik Hati, Dan Seorang Selir Yang Cantik. Namun, Kecantikan Selir Tidak Sama Seperti Hatinya. Selir Mempunyai Sifat Yang Sangat Iri Pada Permaiuri .
Kedua Istri Raja Tinggal Di Istana Yang Sangat Megah. Selir Mulai Merencanakan Kejahatan Untuk Menggantikan Posisi Permaisuri. Ia Bekerja Sama Dengan Seorang Tabib Istana, Untuk Melaksanakan Rencananya.
Suatu Hari, Selir Raja Pura-Pura Sakit. Raja Segera Memanggil Tabib. Setelah Memeriksa Keadaan Selir, Raja Pun Menanyakan Apa Yang Terjadi.
‘’ Paduka, Ada Seseorang Yang Sudah Menaruh Racun Pada Minuman Selir.’’ Jawab Tabib.
‘’ Siapa Yang Berani Melakukan Ini Kepada Selirku?’’ Tanya Sanga Raja.
‘’ Yang , Melakukan Ini Pada Ku Adalah Permaisuri Mu Sendiri. Sepertinya Permaisuri Ingin Membunuhku, Agar Kasih Sayang Baginda Hanya Kepadanya, Dan Kekuasaan Kerajaan Jatuh Ke Tangannya.’’ Jawab Selir Raja.
Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras
Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras
Mendengar Yang Di Katakana Selir, Raja Sangat Marah Dan Langsung Memerintahkan Patih Untuk Mengusir Permaisuri Yang Sedang Mengandung Dan Membunuhnya Di Hutan. Patih Pun Langsung Membawa Permaisuri Pergi Ke Hutan Belntara. Namun, Patih Yang Sangat Bijak Itu Tidak Membunuh Permaisuri. Ia Tahu Ini Rencana Jahat Selir Tersebut. Patih Pun Menangkap Seekor Kelinci.
‘’ Permaisuri, Aku Tidak Akan Membunuhmu. Namun, Hamba Akan Memberitahukan Kepada Raja, Bahwa Anda Sudah Hamba Bunuh, Dan Untuk Membuat Raja Dan Selir Tuan Putri Sudah Mati. Hamba Akan Membunuh Seekor Kelinci Ini, Dan Melumuri Darahnya Pada Selendang Milik Permaisuri Dan Pedang Hamba.’’ Ujar Sang Patih.
‘’ Aku Sangat Berterima Kasih Patih, Karena Kau Tidak Membunuhku Dan Membiarkan Aku Hidup.’’ Jawab Permaisuri.
‘’ Permaisuri, Saya Terpaksa Harus Meninggalkan Mu Di Hutan Belantara Ini Seorang Diri. Hamba Mohon Maap Karena Tidak Bisa Menemani.’’ Kata Patih.
Setelah Beberapa Bulan Permaisuri Tinggal Di Dalam Hutan, Ia Pun Melahirkan Seorang Anak Laki-Laki. Anak Itu Di Beri Nama Cindelaras. Cindelaras Tumbuh Menjadi Anak Yang Cerdas Dan Tampan. Sejak Kecil Ia Sudah Terbiasa Berteman Dengan Binatang.
Suatu Hari, Cindelaras Sedang Asik Bermain. Tiba-Tiba, Seekor Rajawali Menjatuhan Sebutir Telur Tepat Di Sebelah Cindelaras. Cindelaras Langsung Mengambil Telur Itu Dan Menetaskannya. Tiga Minggu Kemudian, Menetaslah Telur Tersebut Menjadi Seekor Anak Ayam Yang Lucu.Cindelaras Merawat Ayam Tersebut Dengan Sangat Baik. Tubuh Ayam Itu Terlihat Kuat Dan Kekar, Paruhnya Kokoh Dan Runcing Seperti Paruh Burung Rajawali. Kedua Kakinya Kekar Berotot Dan Memiliki Kuku Yang Runcing Tajam Seperti Kuku Rajawali. Namun, Suara Kokoknya Sangat Berbeda Dengan Ayam-Ayam Lainnya. Suara Kokoknya Sangat Aneh, ‘’ Kukuruyuk, Tuanku Cindelaras, Rumahnya Di Dalam Hutan Belantara, Atap Rumahnya Terbuat Dari Daun Kelapa, Ayahnya Raden Putra Raja Jenggala.” Bunyi Kokok Ayam Cendelaras.
Cindelaras Sangat Terkejut Dan Langsung Menunjukannya Kepada Ibunya. Permaisuri Pun Merasa Sangat Terkejut Mendengar Suara Kokok Si Ayam. Ia Pun Langsung Menceritakan Siapa Ayahnya Dan Mengapa Mereka Tinggal Di Dalam Hutan. Mendengar Cerita Ibunya, Cindelaras Memutuskan Untuk Pergi Ke Istana Untuk Bertemu Ayahnya.
Awalnya Ibunya Tidak Mengijinkan Cindelaras Pergi. Namun, Ia Terus Memaksa. Setelah Ibunya Mengijinkannya Pergi. Ia Langsung Berangkat Di Temani Ayam Jantannya. Namun, Di Tengah Perjalanan Cindelaras Bertemu Dengan Orang-Orang Yang Sedang Mengadu Ayam. Mereka Melihat Cindelaras Membawa Ayam Jagonya Dan Mengajaknya Ikut Menguji Kehebatan Ayamnya.
‘’ Hei Kau, Apakah Berani Adu Ayam Dengan Ayam Jago Ku Yang Kuat Ini?’’ Ujar Mereka.
‘’ Baiklah.’’ Jawab Cindelaras.
Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras dari Jawa timur
Dongeng Cerita Rakyat Indonesia Cindelaras dari Jawa timur
Ternyata, Ayam Jantan Milik Cindelaras Dapat Mengalahlan Lawan Setelah Beberapa Kali Di Adu. Namun, Ayamnya Tidak Dapat Di Kalahkan.
Berita Tentang Kehebatan Ayam Jantannya Cindelaras Terdengar Hingga Teling Raja Raden Putra. Raja Langsung Menyruh Hulubalangnya Mengundang Cindelaras Datang Ke Istana. Cindelaras Pun Sampai Istana.
‘’ Paduka, Hamba Menghadapmu.’’ Kata Cindelaras Dengan Sopan.
‘’ Anak Ini Sangat Tampan Dan Cerdas, Sepertinya Ia Bukan Dari Kalangan Rakyat Biasa.’’ Ujarnya Dalam Hati.
Akhirnya, Di Adulah Ayam Jantan Milik Cndelaras Melawan Ayam Jantan Milik Raja. Namun, Raja Mengajukan Satu Syarat Kepada Cindelaras. Jika Ia Kalah, Ia Harus Bersedia Menyerahkan Ayam Jantannya Dan Kepalanya Di Pancung. Namun, Jika Ia Menang. Raja Raden Putra Akan Memberikan Setengah Kekayaannya.
Dua Ekor Ayam Jantan Bertarung Dengan Sangat Gagah. Dalam Beberapa Menit, Ayam Jantan Milik Cindelaras Dapat Mengalahkan Ayam Jantan Milik Raja. Penonton Pun Bersorak Memberikan Selamat Kepada Cindelaras.
‘’ Baiklah, Aku Mengaku Kalah. Akan Ku Serahkan Setengah Kekayaan Ku Menjadi Milik Mu Cindelaras. Namun, Siapa Kamu Sebenarnya’’ Ujarnya Sang Raja.
Cindelaras, Langsung Membungkuk Dan Membisikka Sesuatu Kepada Ayamnya. Beberapa Menit Kemudian. Ayam Jantan Tersebut Mengeluarkan Suara.
“Kukuruyuk… Tuanku Cindelaras, Rumahnya Di Dalam Hutan, Atapnya Terbuat Dari Daun Kelapa, Ayahnya Raden Putra…,” Ayam Jantan Itu Berkokok Berulang-Ulang.
Raden Putra Sangat Terkejut Mendengar Suara Kokok Ayam Cindelaras.
‘’ Benarkah Itu ?’’ Tanyanya Dengan Sangat Heran Dan Penasaran.
‘’ Benar Sekali Baginda. Hamba Cindelaras, Putra Dari Permaisuri Baginda.’’ Jawabnya Dengan Tegas.
Raja Raden Putra, Langsung Memangil Patih. Patih Pun Langsung Menceritakan Kebenarannya.
‘’ Aku Sudah Melakukan Kesalahan Dan Memberikan Hukuman Kepada Permaisuri Yang Tidak Bersalah. Aku Akan Memberikan Hukuman Yang Setimpal Kepada Selir’’ Ucapnya Menyesal.
Raja Raden Putra Langsung Memeluk Cindelaras Dan Meminta Maap Atas Semua Kesalahannya Itu. Raden Putra, Patih Dan Hulubalang Langsung Pergi Ke Hutan Dan Menjemput Permaisuri.
Akhirnya Raja Raden Putra, Permaisuri Dan Cindelaras Hidup Bersama Dan Bahagia. Setelah Raden Putra Meninggal. Cinderalaslah Yang Menggantikan Ayahnya Sebagai Raja. Ia Memimpin Kerajaab Dengan Adil Dan Bijaksana.
SUMBER  GOOGLE

BATU GOLOG

  

Batu Golog

Amaq Lembain dan Inaq Lembain adalah sepasang suami-istri yang sangat miskin. Mereka dikaruniai dua anak yang masih kecil. Keluarga itu tinggal di Padamara, Nusa Tenggara Barat. Mereka tak punya sawah untuk digarap, tak ada kebun untuk ditanami, juga tak memiliki hewan ternak. Saking miskinnya, terkadang mereka tidak makan seharian. Setiap hari pasangan itu berjalan kaki berkeliling desa, mencari orang yang membutuhkan bantuan mereka.
Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Barat
Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Barat
Suatu hari, seperti biasa Amaq Lembain dan Inaq Lembain pergi mencari pekerjaan beserta kedua anaknya. Setelah seharian berkeliling, akhirnya Amaq Lembain mendapatkan pekerjaan. Ia diminta membetulkan pintu rumah yang rusak. Tinggallah Inaq Lembain yang terus mencari pekerjaan. Sambil menggandeng kedua anaknya, ia mendatangi tiap rumah.
"Permisi Bu, apakah ada yang bisa saga bantu?" tanya Inaq Lembain pada seorang wanita yang sedang menampi beras. Di rumah ibu itu, tampak beberapa wanita sedang menumbuk padi.
Ibu itu memandang sekilas pada Inaq Lembain, "Aku tidak membutuhkan bantuanmu. Sudah banyak yang membantuku," jawabnya.
"Tolonglah Bu, kedua anak saya butuh makan. Ibu tak perlu membayar dengan uang, cukup dengan beras saja. Asal anak saya bisa makan, saya sudah senang," kata Inaq Lembain memohon.
Ibu itu merasa iba. Ia akhirnya memberi Inaq Lembain pekerjaan, yaitu menumbuk padi.
Inaq Lembain berpesan pada kedua anaknya, "Jangan ganggu Ibu ya. Ibu harus bekerja. Kalian duduk saja di sini."
Anak-anaknya ia dudukkan di atas batu ceper, tak jauh dari tempatnya. Batu ceper itu biasa disebut batu golog. Inaq Lembain mulai bekerja. Ia bekerja dengan sungguh-sungguh, ia tak ingin mengecewakan ibu yang telah memberinya pekerjaan tersebut.
Saat sedang sibuk menumbuk padi, terdengar suara kedua anaknya, "Ibu... Ibu... Iihatlah kami," panggil mereka. Kedua anak itu memanggil ibunya karena merasa ada keanehan pada batu yang mereka duduki.
Batu itu bergerak naik, semakin lama semakin tinggi. "Sssttt... diamlah, jangan ganggu Ibu!"sahut Inaq Lembain sambil terus menumbuk. Ia tak menoleh sedikit pun pada anak-anaknya.
Batu itu bergerak semakin tinggi. Kedua anak itu sangat panik dan ketakutan. Mereka serentak berteriak lagi, "Ibu... Ibu... batu ini bergerak naik. Kami takut Bu...."
Inaq Lembain tetap tak peduli. Ia pikir anak-anaknya hanya mencari perhatiannga saja. Ia terus melanjutkan pekerjaannya.
Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Barat Batu Golog
Cerita Rakyat dari Nusa Tenggara Barat Batu Golog
"Ibu... Ibu... tolong... kami ada di atas Bu," teriak anak-anak itu lagi. Kedua anak itu terus berteriak-teriak, namun Inaq Lembain tetap tak peduli. Lama-kelamaan, suara anak-anaknya itu semakin pelan dan menjauh. Inaq Lembain tak lagi mendengar teriakan anak-anaknya.
"Baguslah, mereka pasti kecapekan. Tidurlah yang nyenyak ta, Nak. Ibu harus mengelesaikan pekerjaan ini," gumamnya dalam hati.
Inaq Lembain tak mengadari, batu golog telah membawa kedua anaknya ke atas, nyaris menyentuh awan. Setelah Inaq Lembain menyelesaikan pekerjaannya, ia lalu mencari anak- anaknya. Alangkah paniknya ia ketika melihat batu yang diduduki kedua anaknya sudah menjulang ke langit. Ujung batu itu sudah tak tampak, bahkan anak-anaknya pun tak kelihatan lagi. Inaq Lembain menangis kebingungan. Ia memohon pada Tuhan untuk menyelamatkan anak-anaknya.
Dengan bantuan Tuhan, selendang yang dikenakan Inaq, Lembain mampu memenggal batu golog itu. Dengan sekali tebas, batu golog itu pecah menjadi tiga. Namun sayang, meski batu itu sudah pecah, kedua anak Inaq Lembain telah berubah menjadi dua ekor burung.
Si sulung berubah menjadi burung kekuwo, sedangkan si bungsu berubah menjadi burung kelik. Inaq Lembain sangat menyesal, kini kedua anaknya berubah menjadi burung. Meski demikian, ia membawa pulang kedua burung itu dan merawatnya.
Konon kabarnya, ketiga bagian batu golog yang terbelah itu terlempar ke tiga daerah. Lemparan batu golog yang pertama menyebabkan getaran yang sangat dahsyat di Desa Gembong. Bagian kedua batu golog itu terlempar dan jatuh di Dasan Batu. Nama ini diberikan karena ada orang yang menyaksikan saat batu itu jatuh. Batu yang terakhir, terlempar ke daerah yang kemudian dinamakan Montong Teker. Nama ini diberikan karena bagian terakhir batu golog ini menimbulkan suara gemuruh saat mendarat.

BATU MENANGIS

Legenda Cerita Batu Menangis
Legenda Cerita Batu Menangis
BATU MENANGIS 
Legenda Cerita Batu Menangis
Legenda Cerita Batu Menangis

Di sebuah desa tinggalah seorang ibu bersama anak perempuannya yang bernama Darmi. Gadis itu memang rupawan, sayang sifatnya tak secantik wajahnya. Darmi adalah gadis pemalas yang hanya gemar bersolek. Setiap hari ia mematut dirinya di depan cermin, mengagumi kecantikan wajahnya.
"Ah, aku memang jelita," katanya. "Lebih pantas bagiku untuk tinggal di istana raja daripada di gubuk reot seperti ini." Matanya memandang ke sekeliling ruangan. Hanya selembar kasur yang tidak empuk tempat dia tidur yang mengisi ruangan itu. Tidak ada meja hias yang sangat dia dambakan. Bahkan lemari untuk pakaian pun hanya sebuah peti bekas. "Sampai kapan aku akan hidup seperti ini?" keluh Darmi dalam hati.
Darmi memang bukan anak orang kaya. Ayahnya sudah meninggal dan ibunya tak punya banyak uang. Untuk menghidupi mereka berdua, sang ibu bekerja membanting tulang dari pagi hingga malam. Pekerjaan apapun dia lakukan, mencari kayu bakar di hutan, menyabit rumput untuk pakan kambing tetangga, mencucikan pakaian orang lain. Pekerjaan apapun akan ia lakukan untuk memperoleh sedikit upah.
Sebaliknya Darmi adalah anak yang manja. Sedikit pun dia tak iba melihat ibunya bekerja keras sepanjang hari. Ia bahkan tak tergerak untuk ikut membantu menyelesaikan pekerjaan di rumah. Dan jika ada sesuatu yang sangat diinginkannya, ia pun akan merengek agar permintaannya dituruti.
Seperti minggu lalu, saat seorang kawannya dari desa di Utara sungai yang mengadakan pesta perayaan. Darmi mendapat undangan untuk menghadirinya. Tentu saja hal teresebut membuat gadis cantik itu senang bukan kepalang. Dibayangkannya tamu-tamu dalam pesta itu akan memandangi wajahnya yang rupawan. Para pria memuji kecantikannya, sementara para wanita mungkin akan iri hati melihat penampilannya.
Namun tiba-tiba Darmi teringat bahwa ia tak memiliki pakaian yang pantas dikenakannya di pesta tersebut. Segeralah ia mencari ibunya yang sedang memasak di dapur.
"Ibu, tolong belikan aku pakaian dan selendang baru. Lusa akan ada pesta di desa Utara sungai, dan aku tak punya pakaian yang pantas. Bajuku sudah usang semua," kata Darmi merengek.
“Bukankah minggu lalu kau sudah beli baju baru? Mengapa tak kau pakai yang itu saja. Masih bagus bukan?" ujar sang ibu.
"Aaah, tidak mau. Baju yang itu sudah pernah aku pakai, malu dong pakai baju yang itu-itu lagi. Apa kata orang nanti?! Ayolah, Bu belikan aku pakaian lagi."
Sang ibu hanya bisa menghela napas panjang mendengar permintaan anak semata wayangnya itu. Ia tak tega padanya. “Baiklah, besok pagi kita akan membelinya di pasar."
"Tidak mau." Teriak Darmi kasar. "Aku tidak mau pergi ke pasar dengan ibu. Sebaiknya ibu berikan saja uangnya padaku agar aku bisa membelinya sendiri."
"Tapi, Darmi, besok Ibu harus ke pasar terlebih dahulu untuk menjual kayu bakar yang ibu dapatkan hari ini. Setelah terjual, baru uangnya bisa kau belikan pakaian. Bukankah Iebih baik kita berangkat ke pasar bersama-sama?"
Darmi terdiam. Ia sebenarnya tak ingin pergi ke pasar bersama ibunya. Ia malu dan khavvatir jika ada orang yang melihatnya berjalan bersama wanita tua itu lalu mengejeknya. Akan tetapi, gadis itu tak punya alasan untuk menolak, sebab tanpa uang hasil penjualan kayu bakar, ia tak mungkin bisa membeli pakaian baru. Akhirnya, Darmi masuk ke kamarnya sambil cemberut dan menggerutu.
Keesokkan paginya, mereka bersiap hendak ke pasar. Darmi terlihat sangat cantik dengan baju merah mudanya yang terlihat mahal, sementara sang ibu mengenakan pakaian Iusuh. Darmi berjalan cepat sekali, rnembuat ibunya tak mampu mengikutinya.
"Hai, Darmi. Mengapa kau berjalan cepat sekali menginggalkan aku di beIakangmu. Kau tau aku tak kuat menyusul langkahmu."
Darmi diam saja, dan terus mempercepat Iangkahnya. Ia tak ingin ketahuan berjalan bersama ibunya. Di tengah jalan, Darmi disapa oleh beberapa orang dari desa tetangga yang menyapanya.
"Hai Darmi, mau pergi kemana kau?" sapa mereka. “Aku mau ke pasar,” jawab Darmi.
"Oh, siapa nenek yang di belakangmu itu? Ibumu kah?"
Seketika wajah Darmi terlihat memerah karena malu, "Oh bukan! Bukan! Mana mungkin dia ibuku." Jawab Darmi cepat. Ia pun segera mempercepat langkahnya agar tak ditanya-tanya lagi.
Betapa terkejutnya sang ibu mendengar perkataan anak kesayangannya itu. Rasa marah mulai muncul dalam hati karena gadis itu tidak mau mengakui dirinya sebagai ibu. Namun ia menahan amarahnya dan berharap Darmi akan segera berubah pikiran.
Sayangnya, harapan sang ibu tak terjadi. Sepanjang perjalanan mereka bertemu beberapa orang lagi, dan Darmi terus mengatakan hal yang sama. Akhirnya sang ibu tak tahan lagi kesedihan. Sambil bercucuran air mata, ia pun menegur anaknya.
"Wahai anakku, sebegitu malunya kah kau mengakui aku sebagai ibumu? Aku yang melahirkanmu ke dunia ini. Apakah ini balasanmu pada ibumu yang menyayangimu?"
Darmi menoleh kesal dan membentak, "Aku tidak minta dilahirkan oleh ibu yang miskin sepertimu. Aku tidak pantas menjadi anak ibu. Lihatlah wajah ibu' Jelek, keriput dan lusuh! Ibu Iebih pantas jadi pembantuku!"
Dengan angkuh, Darmi terus melangkah meninggalkan sang ibu yang terduduk di pinggir jalan. Air matanya mengalir deras di kedua pipinya. Perasaannya remuk rendam, tak mampu ia berkata-kata selain mengadahkan kedua tangannya ke langit. Rasa sakit di hatinya membuat ia mengucapk.an kutukan.
“Tuhan, hamba tidak lagi menahan penghinaan anak hamba ini! benar telah membatu hati anak hamba ini, karena itu, Ya Tuhan, hukumlah anak hamba durhaka itu menjadi batu!"
Doa sang ibu terkabul.
Tiba-tiba langit menjadi gelap, awan biru berubah berubah mendung dan kilat menyambar-nyambar diiringi guntur yang menggelegar. Darmi merasa sangat takut, lalu ia mencoba berlari menjauh. Saat itulah ia menyadari bahwa kedua kakinya berubah menjadi batu.
Darmi menjerit ketakutan. Betapa mengerikannya perasaan yang dialaminya ketika mendapati kedua kaki berubah menjadi batu. Ia kian ketakutan mendapati pinggangnya pun berubah membatu. Sadarlah ia, semua itu terjadi karena kedurhakaan besarnya kepada ibunya. Maka dia pun berteriak-teriak,"Ibu, ampuni aku! Ampuni aku! Ampuni kedurhakaan anakmu ini, Bu"
Legenda Cerita Batu Menangis
Legenda Cerita Batu Menangis
Namun, semuanya telah terlambat bagi Darmi. Sang ibu hanya terdiam. Sama sekali tak berusaha mengabulkan permohonan anaknya yang telah berbuat durhaka terhadapnya. Ia merasa telah cukup mengalami penderitaan yang diakibatkan anaknya itu. Hingga akhirnya seluruh tubuh Darmi berubah menjadi batu.
Batu jelmaan Darmi itu terus meneteskan air seperti air mata penyesalan yang menetes dari mata Jelita. Orang-orang yang mengetahtui adanya air yang terus menetes dari batu itu kemudian menyebutnya Batu Menangis.
SUMBER GOOGLE.